Jangan Musnahkan Kecoak!
Siapa yang tak jijik dengan kecoa? Binatang yang tahan banting ini
(bahkan mampu bertahan di tengah gempuran bom atom) memang terkesan
jorok karena hidupnya di tempat-tempat yang kotor. Kita pun menjadi
takut dan berusaha membunuhnya. Padahal, tak mudah membunuh kecoa.
Ketika dipukul memang ia langsung diam. Namun tak lama kemudian ia
pun beranjak pergi. Punggungnya memang pelindung yang kokoh. Selain
itu, meski kepalanya terpisah ia masih hidup dan bisa bergerak meski
tanpa arah.
Lalu, apakah kalau sudah terbunuh kita menjadi tenang? Atau justru
kita malah membutuhkan kehadirannya? Bukankah dalam sebuah ekosistem
putusnya sebuah mata rantai makanan malah akan menimbulkan
ketidakseimbangan ekosistem itu?
Untuk menjawab pertanyaan itu, kita datangi Srini Kambhampati,
guru besar dan kepala jurusan biologi di University of Texas di
Tyler, dan pakar dunia kecoa. Menghilangnya 5.000 sampai 10.000
populasi kecoa di dunia ternyata berpengaruh jauh di luar perkiraan
hanya sekadar membuat apartemen kotor.
Di seluruh dunia, serangga merupakan sumber makanan potensial bagi
banyak burung dan mamalia kecil seperti tikus. (Bahkan manusia di
sebagian belahan dunia memakan kecoa). Tak satu pun binatang-binatang
ini menyandarkan diri semata-mata pada kecoa sebagai makanan sehingga
kecoa tidak akan menjadi punah. Populasinya paling turun. Namun,
tawon parasit, yang spesiial menjadi parasit bagi telur-telur kecoa,
sangat tergantung pada kecoa. “Hal ini akan membuat kecoa bisa
punah,” kata Kambhampati kepada Life's Little Mysteries.
Selanjutnya, hilangnya kecoa akan mengacaukan sesuatu yang penting
bagi kita, yang disebut dengan daur nitrogen. “Banyak kecoa makan
bahan-bahan organik yang membusuk, yang menjebak banyak nitrogen.
Dengan memakan bahan-bahan itu, kecoa membantu melepaskan nitrogen
melalui kotorannya yang kemudian masuk ke lapisan tanah. Nitrogen ini
- tentu kita tahu - akan berguna bagi tanaman. Dengan kata lain,
kepunahan kecoa akan memiliki dampak besar pada kesehatan tanaman dan
secara tidak langsung berpengaruh pada semua spesies yang ada di muka
Bumi ini.”
Jadi, kita benar-benar membutuhkan kecoa.
Kecoa Jadi Inspirasi Robot Heksapedal
Di situs laen kecoa merupan inspirasi dalam pembentukan robot.Apa
yang terjadi jika Anda berlari sekencang mungkin untuk menghindar
dari musuh namun akhirnya justru tiba di pinggiran jurang? Anda pasti
bingung menentukan langkah.
Tak demikian halnya dengan kecoa. Saat
kecoa ada di ujung permukaan tipis, misal berupa tripleks, mereka
akan terus maju. Mereka akan menggunakan kaki paling belakang untuk
mengaitkan tubuh pada tepian permukaan. Selanjutnya, mereka
bersembunyi di bawah permukaan itu.
Perilaku kecoa tersebut ditemukan oleh Jean-Michel Mongeau dan rekannya dari University of California di Berkeley. Mongeau menjumpai perilaku tersebut saat melihat kecoa menggunakan antena untuk memperkirakan jarak sebuah gap antar permukaan.
Mongeau, seperti dikutip New Scientist, Jumat (8/6/2012), mengatakan, "Saat kita memperlebar gap itu, kecoa akan bergerak di bawah permukaan. Dengan mata telanjang, kita takkan menyadarinya.
Perilaku kecoa tersebut ditemukan oleh Jean-Michel Mongeau dan rekannya dari University of California di Berkeley. Mongeau menjumpai perilaku tersebut saat melihat kecoa menggunakan antena untuk memperkirakan jarak sebuah gap antar permukaan.
Mongeau, seperti dikutip New Scientist, Jumat (8/6/2012), mengatakan, "Saat kita memperlebar gap itu, kecoa akan bergerak di bawah permukaan. Dengan mata telanjang, kita takkan menyadarinya.
Tapi, jika kita merekam dengan kamera high-speed dan memutarnya
lambat, kita akan kagum dengan cara kecoa menggunakan kaki
belakangnya untuk bertahan di permukaan, memungkinkannya mengayunkan
kaki di pinggiran yang sempit."
Perilaku dan karakteristik kecoa ini kemudian menginspirasi Mengeau dan tim, yang sejatinya adalah peneliti biofisika, heksapodal. Robot tersebut diharapkan bisa bergerak seperti kecoa, memungkinkannya sebagai robot mumpuni untuk kegunaan penyelamatan.
Robert Full, anggota tim lain, mengatakan, "Itu adalah tantangan kita sekarang dalam robotik, untuk memproduksi robot yang bisa melakukan transisi di permukaan yang kompleks dan beroperasi di area yang berbahaya yang tak bisa dijangkau manusia."
Perilaku dan karakteristik kecoa ini kemudian menginspirasi Mengeau dan tim, yang sejatinya adalah peneliti biofisika, heksapodal. Robot tersebut diharapkan bisa bergerak seperti kecoa, memungkinkannya sebagai robot mumpuni untuk kegunaan penyelamatan.
Robert Full, anggota tim lain, mengatakan, "Itu adalah tantangan kita sekarang dalam robotik, untuk memproduksi robot yang bisa melakukan transisi di permukaan yang kompleks dan beroperasi di area yang berbahaya yang tak bisa dijangkau manusia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar